Setiap negara di dunia termasuk Indonesia sangat memperhatikan keamanan negaranya.
Keamanan yang dimaksud tidak hanya dari kejahatan secara teritorial, tetapi negara juga patut waspada terhadap cyber crime.
Bahkan cyber crime lebih berbahaya lantaran berbagai informasi rahasia milik suatu negara dapat dicuri oleh pihak lain yang ingin menjatuhkan negara tersebut.
Oleh karena itu, setiap negara di dunia membentuk lembaga-lembaga rahasia negara demi mencegah terjadinya cyber crime.
Sesuai dengan namanya, lembaga-lembaga tersebut bekerja secara tertutup dan bersifat rahasia.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kredibilitas negara dan dalam rangka melindungi berbagai informasi penting milik negara.
Jika bekerja secara rahasia, lalu bagaimana cara mereka berkomunikasi?
Yuk simak artikel berikut ini untuk mengetahuinya!
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang merupakan salah satu lembaga rahasia yang dimiliki oleh Indonesia, pada bulan Februari 2020 telah memaparkan terkait alat komunikasi yang digunakan.
Pernyataan tersebut diutarakan oleh juru bicara BSSN, Anton Setiyawan.
Anton menyatakan bahwa selama ini BSSN menggunakan alat komunikasi rahasia yang diproduksi oleh perusahaan asal Swiss bernama Crypto AG.
Anton Setiyawan mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah memanfaatkan alat komunikasi rahasia milik Crypto AG ini sejak Lembaga Sandi Negara masih beroperasi sebelum berubah menjadi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Alat komunikasi Crypto AG ini bahkan telah dioperasikan oleh lebih dari 120 negara di dunia dan bahkan telah digunakan juga oleh Perserikatan Bangsa-Banga (PBB).
Namun di Indonesia, BSSN memang masih menggunakan beberapa jenis alat komunikasi Crypto AG hanya saja peralatan-peralatan tersebut telah dimodifikasi oleh BSSN terutama pada bagian algoritma enkripsi atau kunci yang digunakan untuk mengoperasikan alat tersebut untuk lebih menjamin keamanan.
Pelajari selengkapnya mengenai enkripsi pada artikel Seluk Beluk Enkripsi.
Modifikasi yang dilakukan berpedoman pada hasil riset mandiri yang dilakukan oleh BSSN yang juga mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini.
Kontroversi terkait penggunaan alat komunikasi Crypto AG kerap kali terjadi terutama di Indonesia.
Banyak pihak yang menilai bahwa alat komunikasi Crypto AG sangat berbahaya karena dianggap sudah disadap oleh CIA (Badan Intelijen Amerika Serikat) dan BND (Badan Intelijen Jerman Barat).
Kekhawatiran tersebut muncul setelah muncul pemberitaan dari salah satu surat kabar di Amerika Serikat, AS The Washington Post memberitakan bahwa Crypto AG merupakan perusahaan milik CIA dan BND.
Menurut informasi yang beredar, CIA dan BND bahkan memiliki akses untuk melakukan penyadapan terhadap peralatan Crypto AG.
CIA dikabarkan telah melakukan penyadapan sejak tahun 1950-an hingga 2018 lalu.
Kabar tersebut semakin membuat masyarakat Indonesia cemas lantaran Indonesia merupakan salah satu negara yang bahkan disebut sebagai pelanggan terbesar Crypto AG sejak pada tahun 1980-an.
Ketika disinggung mengenai hal tersebut, Anton Setiyawan mengungkapkan bahwa kemungkinan informasi rahasia disadap memang ada, namun belum tentu pelaku penyadapan mengerti dan memahami isi informasi yang disadap.
Tak hanya itu, BSSN juga telah memiliki Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi yang aktif melakukan riset terkait pengembangan algoritma, prototipe perangkat rahasia, serta aplikasi untuk mengamankan informasi rahasia yg dimiliki oleh negara kita.
Uraian di atas merupakan sekilas informasi terkait cara berkomunikasi lembaga rahasia negara.
Apakah Anda tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut?
Jika ya, tingkatkan intensitas membaca dan carilah referensi lebih banyak lagi terkait topik di atas!
Jangan lelah membaca dan jangan berhenti mencari tahu!