Apakah Politik Menggunakan Big Data?

Big data atau mahadata merupakan hal yang membawa banyak pengaruh bagi berbagai sektor kehidupan.

Bagi Anda yang belum mengetahuinya, big data merupakan data mengenai banyak hal yang terkumpul dalam volume besar dan kecepatan yang cepat.

Dalam kaitannya dengan politik, jelas ada hubungan di antara keduanya.

Politik dan big data sama-sama saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Bahkan, teknologi ini sudah banyak digunakan di musim kampanye untuk memenangkan Pemilihan Umum (Pemilu).

Apakah Politik Menggunakan Big Data?

Jawabannya tentu saja iya.

Terutama pada saat musim musim kampanye dan big data hadir untuk membantu para calon untuk bisa memahami karakteristik pemilih secara lebih jelas.

Cara-cara konvensional sudah tidak lagi relevan dan efektif serta tidak mampu mendongkrak jumlah suara.

Salah satu sumber data yang sangat besar dan selalu mengalami perubahan secara kontinu adalah sosial media.

Di mana pada era teknologi seperti saat ini, para calon pemimpin rakyat berlomba-lomba untuk menarik perhatian rakyat dengan cara berkampanye melalui platform sosial media seperti Facebook, Instagram, ataupun Twitter.

Big Data adalah Revolusi Strategi Kampanye

Pada saat pentas politik berlangsung, kampanye menjadi momen yang sangat sakral bagi calon pemimpin.

Tanpa strategi yang tepat dan jitu, mustahil rasanya untuk bisa mendapatkan suara dari para pemilih.

Kehadiran teknologi mampu mengubah bagaimana cara publik menilai para kandidat pemimpinnya.

Guna mendongkrak elektabilitas, kandidat bisa melakukan strategi kampanye dengan memanfaatkan teknologi berbasis big data.

Fitur-fitur yang ada di dalamnya dapat membantu kandidat dalam menyusun strategi untuk meraih suara rakyat.

Melalui teknologi mahadata (big data), kandidat bukan sekedar dapat memetakan demografi pemilih, tetapi juga memetakan berbagai preferensi politik, media, isu, sentimen, opini, dan juga framing.

Selain itu segala hal yang terjadi di sosial media juga bisa dipetakan.

Data data tersebut bisa jadi referensi dalam menentukan bagaimana cara dan strategi dalam berkampanye.

Big Data Sangat Cocok Diterapkan di Indonesia.

Big data sangat tepat diterapkan di Indonesia.

Melihat jumlah pengguna internet yang sangat tinggi.

Tentu saja, semakin tinggi jumlah pengguna internet maka semakin tinggi juga keakuratan analisisnya.

Bayangankan saja, berdasarkan data dari WeAreSocial dan Hootsuite, pengguna internet di Indonesia mencapai 132 juta orang.

Bukan hanya itu saja, alasan lain mengapa big data cocok diterapkan di Indonesia adalah jumlah pengguna sosial media yang besar.

Berdasarkan sebuah survei, orang-orang Indonesia bisa menghabiskan waktu hingga 3 jam 23 menit setiap harinya untuk bermain sosial media.

Jika kandidat mampu menganalisis data secara tepat, kami rasa penggunaan big data menjadi lebih optimal.

Selain itu, analisis big data juga dapat menciptakan kampanye politik yang lebih modern dan juga ilmiah.

Penerapan Big Data dalam Politik Tidak Hanya Digunakan di Indonesia

Bukan hanya di Negara Indonesia, para pemimpin negara lain pun juga pernah melakukan hal yang sama ketika berkampanye.

Salah satunya dilakukan oleh Presiden Donald Trump pada saat Pilpres Amerika Serikat di tahun 2016.

Hasilnya, Donald Trump pun menang dalam pemilu tersebut.

Donald Trump menggunakan big data di pemilu 2016
Donald Trump menggunakan big data di pemilu 2016

Bukan hanya itu saja, mantan Presiden Barack Obama pun juga melakukan hal yang kurang lebih sama.

Saat itu, tim kampanye Obama membentuk tim analisis data guna mendefinisikan target pemilih Obama.

Hasilnya pun terbukti, Barack Obama pun berhasil memenangkan pemilihan presiden pada saat itu.

 

Tertarik dengan teknologi big data? Pelajari selengkapnya di artikel Kupas Tuntas Teknologi Big Data.

 

Daripada menggunakan cara-cara money politik, lebih baik terapkan cara yang lebih ilmiah.

Salah satunya adalah dengan memanfaatkan big data.

Siapa tau hasilnya juga maksimal dan bisa mendatangkan banyak suara.